Kamis, 17 April 2014

Tanteku

"Kriing.." jam di meja memaksa aku untuk memicingkan mata.
"Wah gawat, telat nih" dengan tergesa-gesa aku bangun lalu lari ke kamar mandi.

Pagi itu aku ada janji untuk menjaga rumah tanteku. Oh ya, tanteku ini orangnya cantik dengan wajah seperti artis sinetron, namanya Ria. Tinggi badan 168, payudara 34, dan tubuh yang langsing. Sejak kembali dari Bandung, aku sering main ke rumahnya. Hal ini aku lakukan atas permintaan tante Ninik, karena suaminya sering ditugaskan ke luar pulau. Oh ya, tante Ria mempunyai dua anak perempuan Latifaah dan Tya. Latifaah sudah kuliah di semester 4 dengan tubuh yang langsing, payudara 36B, dan tinggi 165. Sedangkan Tya mempunyai tubuh agak bongsor untuk gadis SMP kelas 3, tinggi 168 dan payudara 36. Setiap aku berada di rumah tante Latifaah aku merasa seperti berada di sebuah harem. Tiga wanita cantik dan seksi yang suka memakai baju-baju transparan kalau di rumah. Tapi kali ini aku akan ceritakan pengalamanku dengan tante Ria di kamarnya ketika suaminya sedang tugas dinas luar pulau untuk seminggu.

Hari Senin pagi, aku memacu motorku ke rumah tante Ria. Setelah perjalanan 30 menit, aku sampai di rumahnya. Langsung aku parkir motor di teras rumah.

"Met pagi semua" aku ucapkan sapaan seperti biasanya.
"Pagi, Mas Ricky. Lho kok masih kusut wajahnya, pasti baru bangun ya?" Tya membalas sapaanku.
"Iya nih kesiangan" aku jawab sekenanya sambil masuk ke ruang keluarga.

Tante Ria masih mandi, terdengar suara guyuran air agak keras. Lalu hening agak lama, setelah lebih kurang lima menit tidak terdengar gemericik air aku mulai curiga dan aku hentikan makanku. Setelah menaruh piring di dapur. Aku menuju ke pintu kamar mandi, sasaranku adalah lubang kunci yang memang sudah tidak ada kuncinya. Aku matikan lampu ruang tempatku berdiri, lalu aku mulai mendekatkan mataku ke lubang kunci. Di depanku terpampang pemandangan alam yang indah sekali, tubuh mulus dan putih tante Ria tanpa ada sehelai benang yang menutupi terlihat agak mengkilat akibat efek cahaya yang mengenai air di kulitnya. Ternyata tante Ria sedang masturbasi, tangan kanannya dengan lembut digosok-gosokkan ke vaginanya. Sedangkan tangan kiri mengelus-elus payudaranya bergantian kiri dan kanan.

Terdengar suara desahan lirih, "Hmm, ohh, arhh".

Kulihat tanteku melentingkan tubuhnya ke belakang, sambil tangan kanannya semakin kencang ditancapkan ke vagina. Rupanya tante Ria ini sudah mencapai orgasmenya. Lalu dia berbalik dan mengguyurkan air ke tubuhnya. Aku langsung pergi ke ruang keluarga dan menyalakan televisi. Aku tepis pikiran-pikiran porno di otakku, tapi tidak bisa. Tubuh molek tante Ria, membuatku tergila-gila. Aku jadi membayangkan tante Ria berhubungan badan denganku.

"Lho Ric, kamu lagi apa tuh kok tanganmu dimasukkan celana gitu. Hayo kamu lagi ngebayangin siapa? Nanti aku bilang ke ibu kamu lho." Tiba-tiba suara tante Ria mengagetkan aku.
"Kamu ini pagi-pagi sudah begitu. Mbok ya nanti malam saja, kan enak ada lawannya." Celetuk tante Ria sambil masuk kamar.

Aku agak kaget juga dia ngomong seperti itu. Tapi aku menganggap itu cuma sekedar guyonan. Setelah tante Ria berangkat kerja, aku sendirian di rumahnya yang sepi ini. Karena masih ngantuk aku ganti celanaku dengan sarung lalu masuk kamar tante dan langsung tidur.

"Hmm.. geli ah" Aku terbangun dan terkejut, karena tante Ria sudah berbaring di sebelahku sambil tangannya memegang kontol ku dari luar sarung.
"Waduh, maafin tante ya. Tante bikin kamu terbangun." Kata tante sambil dengan pelan melepaskan pegangannya yang telah membuat kontolku menegang 90%.
"Tante minta ijin ke atasan untuk tidak masuk hari ini dan besok, dengan alasan sakit. Setelah ambil obat dari apotik, tante pulang." Begitu alasan tante ketika aku tanya kenapa dia tidak masuk kerja.
"Waktu tante masuk kamar, tante lihat kamu lagi tidur di kasur tante, dan sarung kamu tersingkap sehingga celana dalam kamu terlihat. Tante jadi terangsang dan pingin pegang punya kamu. Hmm, gedhe juga ya kontol mu" Tante terus saja nyerocos untuk menjelaskan kelakuannya.
"Sudahlah tante, gak pa pa kok. Lagian Ricky tahu kok kalau tante yang seksi ini tadi pagi masturbasi di kamar mandi" celetukku sekenanya.
"Lho, jadi kamu.." Tante kaget dengan mimik setengah marah.
"Iya, tadi Ricky ngintip tante mandi. Maaf ya. Tante gak marah kan?" agak takut juga aku kalau dia marah.

Tante diam saja dan suasana jadi hening selama lebih kurang 10 menit. Sepertinya ada gejolak di hati tante. Lalu tante bangkit dan membuka lemari pakaian, dengan tiba-tiba dia melepas blaser dan mengurai rambutnya. Diikuti dengan lepasnya baju tipis putih, sehingga sekarang terpampang tubuh tante yang toples sedang membelakangiku. Aku tetap terpaku di tempat tidur, sambil memegang tonjolan kontolku di sarungku. Bra warna hitam juga terlepas, lalu tante berbalik menghadap aku. Aku jadi salah tingkah.

"Aku tahu kamu sudah lama pingin menyentuh ini.." dengan lembut tante berkata sambil memegang kedua bukit kembarnya.
"Iya sayang, Ricky sudah lama inginkan itu." celetukku sekenanya.
"Ya sudah peganglah sayang?" kata tanteku yang seksi itu.
Sambil aku tarik bahu tante ke tempat tidur, sehingga tante terjatuh di atas tubuhku.

Langsung aku kecup payudaranya bergantian kiri dan kanan.

"Eh, nakal juga kamu ya.. ihh geli Fir." tante Ria merengek perlahan.
"Hmm..shh" tante semakin keras mendesah ketika tanganku mulai meraba kakinya dari lutut menuju ke selangkangannya.

Rok yang menjadi penghalang, dengan cepatnya aku buka dan sekarang tinggal CD yang menutupi gundukan lembab. Sekarang posisi kami berbalik, aku berada di atas tubuh tante Ria. Tangan kiriku semakin berani meraba gundukan yang aku rasakan semakin lembab. Ciuman tetap kami lakukan dibarengi dengan rabaan di setiap cm bagian tubuh. Sampai akhirnya tangan tante masuk ke sela-sela celana dan berhenti di tonjolan yang keras.

"Hmm, boleh juga nih. Sepertinya lebih besar dari punyanya om kamu deh." tante mengagumi kontolku yang belum pernah dilihatnya.
"Ya sudah dibuka saja tanteku sayang." pintaku.

Lalu tante melepas celanaku, dan ketika tinggal CD yang menempel, tante terbelalak dan tersenyum.

"Wah, rupanya tante punya kontol lain yang lebih gedhe." Gila tante Ria ini, padahal kontolku belum besar maksimal karena terhalang CD.

Aksi meremas dan menjilat terus kami lakukan sampai akhirnya tanpa aku sadari, ada hembusan nafas diselangkanganku. Dan aktifitas tante terhenti. Rupanya dia sudah berhasil melepas CD ku, dan sekarang sedang terperangah melihat kontolku yang berdiri dengan bebas dan menunjukkan ukuran sebenarnya.

"Sayang.. ngapain berhenti?" aku beranikan diri bertanya ke tante, dan rupanya ini mengagetkannya.
"Eh.. anu.. ini lho, punya kamu kok bisa segitu ya..?" agak tergagap juga tante merespon pertanyaanku.
"Gak panjang banget, tapi gemuknya itu lho.. bikin tante merinding" sambil tersenyum dia ngoceh lagi.

Tante masih terkesima dengan kontolku yang mempunyai panjang 13 cm dengan diameter 4 cm.

"Emangnya punya om gak segini? ya sudah tante boleh ngelakuin apa aja sama kontolku." Aku ingin agar tante memulai ini secepatnya.
"Hmm, iya deh." Lalu tante mulai menjilat ujung kontol.

Ada sensasi enak dan nikmat ketika lidah tante mulai beraksi naik turun dari ujung sampai pangkal kontol

"Ahh.. enak sayang, terusin hh." aku mulai meracau.

Lalu aku tarik kepala tante Ria sampai sejajar dengan kepalaku, kami berciuman lagi dengan ganasnya. Lebih ganas dari ciuman yang pertama tadi. Tanganku beraksi lagi, kali ini berusaha untuk melepas CD tante Ria. Akhirnya sambil menggigit-gigit kecil puting susunya, aku berhasil melepas penutup satu-satunya itu. Tiba-tiba, tante merubah posisi dengan duduk di atas dadaku. Sehingga terpampang jelas vaginanya yang tertutup rapat dengan rambut yang dipotong rapi berbentuk segitiga.

"Ayo sayang, gantian kamu boleh melakukan apa saja terhadap ini." Sambil tangan tante mengusap vaginanya.
"OK sayang" aku langsung mengiyakan dan mulai mengecup vagina tante yang bersih.
"Shh.. ohh" tante mulai melenguh pelan ketika aku sentuh klitorisnya dengan ujung lidahku.
"Hh.. mm.. enak sayang, terus Ric.. yaa.. shh" tante mulai berbicara tidak teratur.

Semakin dalam lidahku menelusuri liang vagina tante. Semakain kacau pula omongan tante Ria. "Ahh..Sayang..shh..sayang aku mau keluar." tante mengerang dengan keras.

"Ahh.." erangan tante keras sekali, sambil tubuhnya dilentingkan ke kebelakang.

Rupanya tante sudah mencapai puncak. Aku terus menghisap dengan kuat vaginanya, dan tante masih berkutat dengan perasaan enaknya.

"Hmm..kamu pintar sayang. Gak rugi tante punya keponakan seperti kamu. Kamu bisa jadi pemuas tante nih, kalau om kamu lagi luar kota. Mau kan?" dengan manja tante memeluk tubuhku.
"Ehh, gimana ya tante.." aku ngomgong sambil melirik ke kontol ku sendiri.
"Oh iya, tante sampai lupa. Maaf ya" tante sadar kalau kontol ku masih berdiri tegak dan belum puas.

Dipegangnya kontol ku sambil bibirnya mengecup dada dan perutku. Lalu dengan lembut tante mulai mengocok kontol. Setelah lebih kurang 15 menit tante berhenti mengocok.

"Ric, kok kamu belum keluar juga. Wah selain besar ternyata kuat juga ya." tante heran karena belum ada tanda-tanda mau keluar sesuatu dari kontolku.

Tante bergeser dan terlentang dengan kaki dijuntaikan ke lantai. Aku tanggap dengan bahasa tubuh tante Ria, lalu turun dari tempat tidur. Aku jilati kedua sisi dalam pahanya yang putih mulus. Bergantian kiri-kanan, sampai akhirnya dipangkal paha. Dengan tiba-tiba aku benamkan kepalaku di vaginanya dan mulai menyedot. Tante menggelinjang tidak teratur, kepalanya bergerak ke kiri dan kanan menahan rasa nikmat yang aku berikan. Setelah vagina tante basah, tante melebarkan kedua pahanya. Aku berdiri sambil memegang kedua pahanya. Aku gesek-gesekkan ujung kontolku ke vaginanya dari atas ke bawah dengan pelan. Perlakuanku ini membuat tante semakin bergerak dan meracau tidak karuan.

"Tante siap ya, aku mau masukin kontolku" aku memberi peringatan ke tante.
"Cepetan sayang, Fuck me sayang, ayo.. tante sudah gak tahan nih." tante langsung memohon agar aku secepatnya memasukkan kontolku.

Dengan pelan aku dorong kontolku ke arah dalam vagina tante Ria, ujung kepalaku mulai dijepit bibir vaginanya. Lalu perlahan aku dorong lagi hingga separuh kontolku sekarang sudah tertancap di vaginanya. Aku hentikan aktifitasku ini untuk menikmati moment yang sangat enak. Pembaca cobalah lakukan ini dan rasakan sensasinya. Pasti Anda dan pasangan akan merasakan sebuah kenikmatan yang baru.

"Sayang, kok rasanya nikmat banget.. kamu pintar ahh.. shh" tante berbicara sambil merasa keenakan.
"Ahh.. shh mm, tanteku sayang ini cara Ricky agar tante juga merasa enak" Aku membalas omongan tante.

Lalu dengan hentakan lembut aku mendorong semua sisa kontolku ke dalam vagina tante.

"Ahh.." kami berdua melenguh.

Kubiarkan sebentar tanpa ada gerakan, tetapi tante rupanya sudah tidak tahan. Perlahan dan semakin kencang dia menggoyangkan pinggul dan pantatnya dengan gerakan memutar. Aku juga mengimbanginya dengan sodokan ke depan. Vagina tante Ria ini masih kencang, pada saat aku menarik kontolku bibir vaginanya ikut tertarik.

"Plok.. plok.. plokk" suara benturan pahaku dengan paha tante Ria semakin menambah rangsangan.
Sepuluh menit lebih kami melakukan gaya tersebut, lalu tiba-tiba tante mengerang keras "Ahh.. sayang tante nyampai lagi"

Pinggulnya dirapatkan ke pahaku, kali ini tubuhnya bergerak ke depan dan merangkul tubuhku. Aku kecup kedua payudaranya. dengan kontolku masih menancap dan dijepit Vagina yang berkedut dengan keras. Dengan posisi memangku tante Ria, kami melanjutkan aksi. Lima belas menit kemudian aku mulai merasakan ada desakan panas di kontolku.

"Sayang, aku mau keluar nih, di mana?" aku bertanya ke tante.
"Di dalam aja sayang, tante ingin merasakan sperma kamu sayang, dan tante juga mau lagi nih" sahut tante sambil tubuhnya digerakkan naik turun.

Urutan vaginanya yang rapat dan ciuman-ciumannya akhirnya pertahananku mulai bobol.

"Arghh.. sayang aku nyampai".
"Aku juga sayang.. ahh" tante juga meracau.

Aku terus semprotkan cairan hangat ke vagina tante. setelah delapan semprotan tante dan aku bergulingan di kasur. Sambil berpelukan kami berciuman dengan mesra.

"Sayang, kamu hebat." puji tante Ria.
"Sayang juga, vagina sayang rapet sekali" aku balas memujinya.
"sayang, kamu mau kan nemani tante selama om pergi" pinta tante.
"Mau dong sayang, tapi apa tante gak takut hamil lagi kalau aku selalu keluarkan di dalam?" aku balik bertanya.
"Gak apa-apa sayang, tante ingin punya anak dari kamu sayang. Jangan kuatir ya sayang" Tante membalas sambil tangannya mengelus kontolku.
"Ih.. sayang nakal ya." sambil aku menggigit kecil payudaranya yang sangat menantang.

Akhirnya kami berpagutan sekali lagi dan berpelukan erat sekali. Rasanya seperti tidak mau melepas perasaan nikmat yang barusan kami raih. Lalu kami mandi bersama, dan sempat melakukannya sekali lagi di kamar mandi.
Kejadian ini terus kami lakukan dimana saja, bila ada waktu kosong. Hingga tante Ria mengandung benih yang telah aku keluarkan ke rahimnya, dan aku telah mencicipi perawan anaknya dua-duanya, tapi akan kuceriatakan lain kali.
readmore »»  

Kamis, 10 April 2014

Tante Yuli

"Ma, Donny ngantuk," kata anaknya kepada Yuli.
"Tunggu sebentar ya, Wan. Saya mau antar mereka dulu ke kamar. Sudah waktunya anak-anak tidur siang," kata Yuli sambil bangkit dan tertatih-tatih mengantar anak-anaknya ke kamar tidur.

Setelah mengantar mereka tidur, Yuli kembali ke tengah rumah.

"Mana obat merahnya, tante?" tanya Darmawan.
"Di atas sana, Wan..." kata Yuli sambil menunjuk kotak obat.

Darmawan segera bangkit dan menuju kotak obat untuk mengambil obat merah dan kapas. Tak lama Darmawan segera kembali dan mulai mengobati lutut Yuli.

"Maaf ya, tante.. Saya lancang," kata Darmawan.
"Tidak apa-apa kok, Wan. Tante senang ada yang menolong," kata Yuli sambil tersenyum.

Darmawan mulai memegang lutut Yuli dan mulai memberikan obat merah pada lukanya.

"Aduh, perih..." kata Yuli sambil agak menggerakkan lututnya.

Secara bersamaan rok Yuli agak tersingkap sehingga sebagian paha mulusnya nampak di depan mata Darmawan. Darmawan terkesiap melihatnya. Tapi Darmawan pura-pura tak melihatnya. Tapi tetap saja paha mulus yuli menggoda mata Darmawan untuk melirik walau kadang-kadang. Hati Darmawan agak berdebar.. Biasanya dia hanya bisa melihat dari kejauhan saja lekuk-lekuk tubuh Yuli. Atau kadang-kadang hanya kebetulan saja melihat Yuli memakai celana pendek.

Darmawan biasanya hanya bisa membayangkan saja tubuh Yuli sambil onani. Tapi kini, di depan mata sendiri, paha mulus Yuli sangat jelas terlihat. Yuli sepertinya sadar kalau mata Darmawan sesekali melirik ke arah pahanya. Segera Yuli merapikan duduknya dan juga menutup pahanya. Darmawanpun sepertinya terkesima dengan sikap Yuli tersebut. Darmawan menjadi malu sendiri..

"Sudah saya berikan obat merah, tante..." kata Darmawan.
"Iya, terima kasih," kata Yuli sambil tersenyum.
"Sekarang sudah mulai tidak terasa sakit lagi," ujar Yuli lagi sambil tetap tersenyum.

Darmawan, 16 tahun, adalah anak tetangga depan rumah Yuli. Masih duduk di bangku SMP kelas 3. Seperti kebanyakan anak laki-laki tanggung lainnya, Darmawan adalah sosok anak laki-laki yang sudah mulai mengalami masa puber.

"Kenapa kamu nunduk terus, Wan?" tanya Yuli.
"Tidak apa-apa, tante..." ujar Darmawan sambil sekilas menatap mata Yuli lalu menunduk lagi sambil tersenyum malu.
"Ayo, ada apa?" tanya Yuli lagi sambil tersenyum.
"Anu, tante.. Maaf, mungkin tadi sempat marah karena tadi saya sempat melihat secara tidak sengaja..." kata Darmawan sambil tetap menunduk.
"Lihat apa?" tanya Yuli pura-pura tidak mengerti.
"Lihat.. Mm.. Lihat ini tante," kata Darmawan sambil tangannya mengusap-ngusap pahanya sendiri. Yuli tersenyum mendengarnya.
"Tidak apa-apa kok, Wan," kata Yuli.
"Kan hanya melihat.. Bukan memegang," kata Yuli lagi sambil tetap tersenyum.
"Lagian, saya tidak keberatan kok kamu melihat paha tante tadi," kata Yuli lagi sambil tetap tersenyum.
"Kamu kan tadi sedang menolong saya memberikan obat," kata Yuli.
"Benar tante tidak marah?" tanya Darmawan sambil menatap Yuli.

Yuli menggelengkan kepalanya sambil tetap tersenyum. Darmawanpun jadi ikut tersenyum.

"Tante sangat cantik kalau tersenyum," kata Darmawan mulai berani.
"Ihh, kamu tuh masih kecil sudah pintar merayu..." kata Yuli.
"Saya berkata jujur loh, tante," kata Darmawan lagi.
"Kamu sudah makan, Wan?" tanya Yuli.
"Belum tante. Saya pulang dari rumah teman tadi belum makan," kata Darmawan.
"Makan disini saja, ya.. Temani saya makan siang," ajak Yuli.
"Baik tante, terima kasih," kata Darmawan.

Mereka menikmati makan siang di meja makan bulat kecil. Ketika sedang menikmati makan, tanpa sengaja kaki Darmawan menyentuk kaki Yuli. Darmawan kaget, lalu segera menarik kakinya.

"Maaf tante, saya tidak sengaja," kata Darmawan.
"Tidak apa-apa kok, Wan..." kata Yuli sambil matanya nenatap Darmawan dengan pandangan yang berbeda.

Ketika kaki Darmawan menyentuh kakinya, seperti terasa ada sesuatu yang berdesir dari kaki yang tersentuh sampai ke hati. Yuli merasakan sesuatu yang lain akan kejadian tak sengaja itu.. Tiba-tiba Yuli merasakan ada sesuatu keinginan tertentu muncul yang membuat perasaannya tidak menentu. Sentuhan kaki Darmawan terasa begitu hangat dan membangkitkan suatu perasaan aneh..

"Kamu sudah punya pacar, Wan?" tanya Yuli sambil menatap Darmawan.
"Belum tante," kata Darmawan sambil tersenyum.
"Lagian saya tidak tahu caranya mendapatkan perempuan," ujar Darmawan lagi sambil tetap tersenyum. Yulipun ikut tersenyum.
"Pernah tidak kamu punya keinginan tertentu terhadap perempuan?" tanya Yuli lagi.
"Keinginan apa tante?" tanya Darmawan. Yuli tersenyum.
"Kita habiskan dulu makannya. Nanti kita bicara..." kata Yuli.

Selesai makan, mereka duduk-duduk di ruang tengah.

"Kamu ada sesuatu yang harus diselesaikan di rumah tidak saat ini?" tanya Yuli.
"Tidak ada, tante," kata Darmawan.
"Tadi tante mau tanya apa?" kata Darmawan penasaran.
"Begini, apakah kamu suka kepada wanita tertentu? Maksud saya suka kepada tubuh wanita?" tanya Yuli.
"Kita bicara jujur saja, ya.. Saya tidak akan bicara pada siapa-siapa kok," kata Yuli lagi.
"Kamu juga mau kan jaga rahasia pembicaraan kita?" kata Yuli lagi.
"Iya, tante," kata Darmawan.
"Kalau begitu jawablah pertanyaan tante tadi..." kata Yuli sambil tersenyum.
"Ya, saya suka melihat perempuan yang tubuhnya bagus. Saya juga suka tante karena tante cantik dan tubuhnya bagus," kata Darmawan tanpa ragu.
"Maksudnya tubuh bagus apa," tanya Yuli lagi. Darmawan agak ragu untuk menjawab.
"Ayolah..." kata Yuli sambil memegang tangan Darmawan. Tangan Darmawan bergetar.. Yuli tersenyum.
"Mm.. Saya pernah.. Pernah lihat majalah Playboy, juga.. Juga.. Juga saya pernah lihat VCD porno.. Mm.. Mm.. Saya lihat banyak perempuan tubuhnya bagus..." kata Darmawan dengan nafas tersendat.
"Oh, ya? Di VCD itu kamu lihat apa saja," kata Yuli pura-pura tidak tahu, sambil terus menggenggam tangan Darmawan yang terus gemetar.
"Mm.. Lihat orang sedang begituan..." kata Darmawan.
"Begituan apa?" tanya Yuli lagi.
"Ya, lihat orang sedang bersetubuh..." kata Darmawan.

Yuli kembali tersenyum, tapi dengan nafas yang agak memburu menahan sesuatu di dadanya.

"Kamu suka tidak film begitu?" tanya Yuli.
"Iya suka, tante?" kata Darmawan sambil menunduk.
"Mau coba seperti di film, tidak?" kata Yuli.

Darmawan diam sambil tetap menunduk. Tangannya makin gemetar. Yuli mendekatkan tubuhnya ke tubuh Darmawan. Wajahnya di dekatkan ke wajah Darmawan.

"Mau tidak?" tanya Yuli setengah berbisik.

Darmawan tetap diam dan gemetar. Wajahnya agak tertunduk. Yuli membelai pipi anak tanggung tersebut. Lalu diciumnya pipi Darmawan. Darmawan tetap diam dan makin gemetar. Yuli terus menciumi wajah Darmawan, lalu akhirnya dilumatnya bibir Darmawan.. Lama-lama Darmawanpun mulai terangsang nafsunya. Dengan pasti dibalasnya ciuman Yuli.

"Masukkan tangan kamu ke sini..." kata Yuli dengan nafas memburu sambil memegang tangan Darmawan dan mengarahkannya ke dalam baju Yuli.
"Masukkan tangan kamu ke dalam BH saya, Wan.. Pegang buah dada saya," kata Yuli sambil tangannya meremas kontol Darmawan dari luar celana.

Sementara tangan Darmawan sudah masuk ke dalam BH Yuli dan mulai meremas-remas buah dada Yuli.

"Mmhh.. Terus sayang..." kata Yuli.
"Tangan saya pegal, tante..." kata Darmawan polos.
"Uhh.. Kita pindah ke kamar, yuk..." ajak Yuli sambil menarik tangan Darmawan. Sesampainya di dalam kamar..
"Buka pakaian kamu, Wan..." ujar Yulipun melepas seluruh pakaiannya sendiri.
"Iya, tante..." kata Darmawan.

Yuli setelah melepas seluruh pakaiannya, segera naik dan telentang di tempat tidur. Darmawan terkesima melihat tubuh telanjang Yuli. Seumur-umur Darmawan, baru kali ini dia melihat tubuh telanjang wanita di depan mata. Apalagi wanita tersebut adalah wanita yang sering di bayangkannya bila onani. Kontol Darmawan langsung tegang dan tegak..

"Naik sini, Wan..." kata Yuli.
"Iya, tante..." kata Darmawan.
"Sini naik ke atas tubuh saya..." kata Yuli sambil mengangkangkan pahanya.

Darmawan segera menaiki tubuh telanjang Yuli. Yuli langsung melumat bibir Darmawan dan Darmawanpun langsung membalasnyanya dengan hebat. Sementara satu tangan Darmawan meremas buah dada Yuli yang tidak terlalu besar. Sementara kontol Darmawan sesekali mengenai belahan memek Yuli.

"Ohh.. Mmhh.. Terus remas.. Terus..." desah Yuli sambil memegang tangan Darmawan yang sedang meremas buah dadanya, dan tangan mereka bersamaan meremas buah dadanya.
"Ohh.. Sshh..." kata Yuli. Darmawanpun dengan bernafsu terus meremas dan menciumi serta menjilati buah dada Yuli.
"Wan, jilati memek ya, sayang..." pinta Yuli.
"Tapi saya tidak tahu caranya, tante," kata Darmawan polos.

"Sekarang dekatkan saja wajah kamu ke memek, lalu kamu jilati belahannya..." kata Yuli setengah memaksa dengan menekan kepala Darmawan ke arah memeknya.

Darmawan langsung menuruti permintaan Yuli. Dijilatinya belahan memek Yuli sampai tubuh Yuli mengejang menahan nikmat.

"Ohh.. Mm.. Ohh.. Terus jilat, sayang..." desah Yuli sambil meremas kepala Darmawan.
"Wan, kamu jilati bagian atas sini..." kata Yuli sambil jarinya mengelus kelentitnya.

Lalu lidah Darmawan menjilati habis kelentit Yuli.. Yuli kembali menggelepar merasakan nikmat yang teramat sangat.

"Teruss.. Sshh.. Ohh..." desah Yuli sambil badannya semakin mengejang.

Pahanya rapat menjepit kepala Darmawan. Sementara tangannya semakin menekan kepala Darmawan ke memeknya. Tak lama..

"Ohh..." desah Yuli panjang. Yuli orgasme.
"Sudah, Wan.. Naik sini," kata Yuli.

Darmawan lalu menaiki tubuh Yuli. Yuli lalu mengelap mulut Darmawan yang basah oleh cairan memeknya. Yuli tersenyum, lalu mengecup bibir Darmawan.

"Mau tidak kontol kamu saya hisap," kata Yuli.
"Mau tante," kata Darmawan bersemangat.
"Bangkitlah.. Sinikan kontol kamu," kata Yuli sambil tangannya meraih kontol Darmawan yang tegang dan tegak.

Darmawan lalu mengangkangi wajah Yuli. Yuli segera mengulum kontol Darmawan. Tidak hanya itu, kontol Darmawan lalu dijilat, dihisap, lalu dikocoknya silih berganti. Darmawan tubuhnya mengejang menahan rasa nikmat yang teramat sangat. Tangannya berpegangan pada pinggiran ranjang.

"Ohh.. Tantee.. Enaakk..." jerit kecil Darmawan sambil memompa kontolnya di mulut Yuli.
"Masukkin ke memek, sayang..." kata Yuli setelah dia beberapa lama menghisap kontol Darmawan.

Darmawan lalu mengangkangi Yuli. Sementara tangan Yuli memegang dan membimbing kontol Darmawan ke lubang memeknya.

"Ayo tekan sedikit, sayang..." kata Yuli.

Darmawan berusaha menekan kontolnya ke lubang memek Yuli sampai akhirnya.. Bless.. Bless.. Bless.. Kontol Darmawan berhasil masuk dan mulai memompa memek Yuli. Darmawan merasakan suatu kenikmatan yang tiada tara pada batang kontolnya.

"Bagaimana rasanya, Wan?" tanya Yuli sambil tersenyum dan menggoyang pantatnya.
"Ohh.. Sangat enakk, tanttee..." kata Darmawan tersendat sambil memompa kontolnya keluar masuk memek Yuli.

Yuli tersenyum.. Setelah beberapa lama memompa kontolnya, tiba-tiba tubuh Darmawan mengejang. Gerakannya makin cepat. Yuli karena sudah mengerti langsung meremas pantat Darmawan dan menekankannya ke memeknya. Tak lama.. Crott.. Croott.. Croott.. Croott..

"Ohh.. Hohh..." desah Darmawan. Tubuhnya lemas dan lunglai di atas tubuh Yuli.
"Udah keluar? Bagaimana rasanya?" tanya tante Yuli sambil memeluk Darmawan.
"Sangat enak, tante..." kata Darmawan.

*****

Itulah pengalaman nyata dari Yuli yang saya paparkan sesuai dengan aslinya ditambah sedikit reka-reka sensual dari saya. Menurut Yuli, kejadian ini baru berjalan mulai 2 bulan yang lalu. Sampai saat ini mereka masih sering melakukan persetubuhan di rumah Yuli setiap ada kesempatan. Menurutnya lagi, dalam satu hari/sepanjang siang, mereka biasanya bisa melakukan 2 kali persetubuhan, mungkin karena Darmawan masih muda. Perlu dijelaskan bahwa menurut Yuli, cintanya pada Herman tidak pernah berubah. Kejadian itu bermula tanpa ada niat dan keinginan. Terjadi begitu saja. Hanya saja menurut Yuli, ternyata cinta tidak selamanya membuat terikat pada sesuatu atau seseorang. Demikian.
readmore »»  

Aku dan Ibuku

Aku Azhar (22) saya berasal dari salah satu kabupaten di Propinsi. Dan Ibu ku Jamilah (45). Walaupun telah berumur hampir setengah Abad tapi dia terlihat masih sangat cantik dan sexy. Dia memiliki susu yang besar yang berukuran 36 C dengan body yang sangat sexy, terlihat seperti artis film panas tahun 1980-an Yurike Prastica yang terkenal itu. Terlebih lagi bila melihat bokongnya yang besar dan lebar, bergetar ketika dia berjalan.
Walaupun ibu saya cantik dan sexy, sebelumnya aku tidak pernah berpikir untuk bersetubuh dengan dia. Tapi semuanya berubah sejak saya tidak sengaja melihatnya berbaring berbaring tidur telentang di kamarnya, ketika aku lewat di depan pintu kamarnya. Pintunya yang sedikit terbuka, membuat aku mengintip ke dalam kamarnya.
Ibu saya terlihat sangat sexy, apalagi melihat paha mulusnya yang gempal setelah selimut dan baju daster yang dipakainya tersingkap. Saya menelan ludah melihat pemandangan yang sangat menggoda itu sambil mengelus penis saya yang tiba-tiba tegang sangat keras.
Sejak kejadian itu, aku selalu terobsesi dengan ibuku. Terlebih setelah ibu dan ayah tiri saya bercerai yang aku tidak tau penyebabnya. Hidup aku berobah total. Aku suka melihat gerak-gerik ibu di rumah, sambil membayangkan apa yang ada di balik bajunya.
Tidak hanya itu, sejak itu aku suka onani dengan membayangkan  ibuku sebagai patner sex aku, yang berakhir dengan kenikmatan yang sangat dahsyat. Aku suka menyelinap ke kamar tidur ibu ketika ibu dan 2 orang adik-adik saya tidak ada di rumah, untuk mengambil celana dalamnya sebagai bahan aku beronani sambil membayangkan tubuh sexynya. Bahkan hampir tiap malam aku onani membayangkannya.
Tindakan aku onani membayangkannya, lama-lama menimbulkan kebosanan. Aku ingin lebih dari itu, ingin merasakan kontol saya terjepit di memeknya yang terjepit di antara paha mulusnya serta mengulum susu gedenya itu. Saya jadi bergetar membayangkan menyetubuhinya.
Tidak tahan dengan keinginan aku, malam itu ketika penghuni rumah yang merupakan adik-adik saya telah tidur, saya nekad untuk menyetubuhi ibu, apapun akibat yang terjadi. Nafsu aku makin membara setelah sebelumnya aku sempat nonton blue film dalam handponeku. Saya langsung masuk ke kamar ibu yang tidur sendirian, karena pintunya kamarnya tidak di kunci.
Ibu saya ketika itu sedang tidur terletang. Aku langsung naik ke tempat tidurnya dan berbaring di sebelahnya. Tangan kiri aku langsung bereaksi membuka selimut yang di pakainya. Jantung ku mau copot setelah selimut di buka, aku melihat memek ibu yang terbalut dengan celana dalam hitam, terlihat sangat tebal. Tanpa membuang waktu, aku perlahan-lahan menarik celana dalamnya, untuk memuluskan aksiku. Ibu yang kelelahan tidak menyadari celana dalamnya sudah akua buka, dengan masih tertidur.
Hati aku langsung berdetak kencang, ketika aku liat memek ibu yang di tumbih bulu-bulu yang lebat. Terasa kontol aku sangat tegang. aku langsung membuka sarung yang kupakai, karena saat aku masuk aku hanya pakai sarung tanpa mengunakan celana dalam.
Tidak tahan melihat pemandangan indah itu, aku langsung menjilat memek ibu. Setelah lama saya jilat, ibu tiba-tiba terbangun. Dia terkejut dengan tindakan aku. Dia langsung berontak mendorong aku, sambil menyuruh aku keluar.
“Azhar, apa yang kamu lakukan ? aku ibu kamu !!
Maaf bu, aku tidak tahan, tolong bu bantu sekali ini saja?
Aku tidak putus asa, aku terus merayu dia sambil sedikit memaksa. Aku terus memeluk dia sambil meremas susunya. Lama-lama perlawanan ibu terlihat melemah..”jangan Azhar, aku ibu kamu. Kita tidak boleh begitu .

Walaupun mulutnya menolak, tapi tubuhnya terlihat memberikan angin. Terlihat dari napasnya tersengal-sengal seperti orang berlari dan berontaknya terlihat tidak kentara lagi. Tau mau menyianyikan kesempatan, aku langsung menindihnya, sambil terus mencium leher dan bibirnya. Tak mau kehilangan momen, sambil mencium bibirnya, perlahan-lahan aku arahkan kontolku ke memeknya, “Azhar, jangan. Aku ibumu”..Aku tidak perduli, aku tau ibu telah teransang. Maka dengan sekali dorong, kontol aku perlahan masuk ke memeknya,, “Azhar….” Ibu berteriak.
Aku terus mencumbunya, sambil mendorong kontolku masuk lebih dalam ke memeknya. “Ibu,, enak banget,,”..Ibu terlihat juga menikmati permainan itu,,, ouuhhh anakku…..
Aku terus mengoyang dengan cepat. Kadang-kadang aku perlahan-lahan sambil terus mencium leher dan bibirnya. Ibu yang pertama-tama menolak, lama-lama membalas dengan nafsu ciumanku. Lidah kami bermain sambil saling sedot lidah, kadang-kadang air ludahku di telannya,,
Ouuuhhh Azhar,,,,,terus nak.. Kontol kamu enk bgt !!”, kata ibu
Mendangar ibu udah pasrah dan sangat menikmati,, aku tambah semangat. Aku balas mengatakan memek dia juga sangat nikmat… “ibu,,, memek ibu enk ba...banget. Azhar suka memek ibu, sambil aku terus meremas susu montoknya….
Aku terus mengoyang ibu sambil terus mengisap susu dan mencium bibirnya. Lama_lama ibu terlihat sudah tidak tahan, apalagi kontol aku juga cukup besar.
“Azhar,,, ibu mau sampai !! teriak ibu..goyang lagi nak yang keras” katanya
“Ouuhhhh Ibu,, Azhar juga mau keluar” teriakku karena kurasakan kontolku sudah terasa berdenyut tanda aku juga mau klimak… “ouuuhhhh !! teriak ibu sambil memeluk badankku erat-erat dan menjepit kedua pahaku dengan pahanya. Aku merasakan penisku di siram oleh cairan cinta ibu….
“ohhhh anakku… ibu keluar”… Kontol kamu enak banget sayang”!! kata ibu…
Tak tahan melihat kecantikan dan keseksian ibu,,aku juga merasakan udah mau keluar. Setelah goyang agak cepat, aku merasakan ada yang mau meledak di kontolku…”ouuhhhh ibu !!! Azhar keluar .!! kataku sambil merasakan air maniku menyiram memek sexy ibu…. Aku langsung terkapar di atas tubuh bugil ibu menikmati sisa-sia air maniku yang menyiram memek ibu, sambil berciuman lidah dengan ibu…

TAMAT
readmore »»  

Selasa, 08 April 2014

Asoy

Pengin Nich Say,ada yang mau ga..?





readmore »»  

Office Boy


Sebut saja namaku Linda (samaran). Aku saat ini bekerja sebagai seorang senior marketing di suatu perusahaan multinasional yang berkantor di salah satu gedung di kawasan Jakarta Selatan. Usiaku saat ini 31 tahun. Aku sudah berkeluarga dengan satu anak yang baru berumur 2 tahun, Rio. Ia sedang lucu-lucunya. Suamiku, sebut saja Mas Edi, bekerja sebagai seorang junior manager di salah satu perusahaan swasta di kawasan CBD dekat Semanggi.Aku dan suamiku saat ini sudah mampu memiliki rumah sendiri di kawasan Cimanggis. Dengan kesibukan kami masing-masing, praktis waktu kebersamaan kami hanyalah dua hari dalam satu minggu, yakni hari Sabtu dan Minggu. Untuk itu kami memanfaatkan waktu kebersamaan sebaik-baiknya.
Bagiku hubungan seks dengan suami tidak mengutamakan kuantitas. Kualitas jauh lebih penting, karena dengan kualitas hubungan yang baik maka kenikmatan yang aku peroleh justru sangat maksimal. Jadi dalam hal hubungan seks, antara aku dan suamiku tidak ada masalah. Yang menjadi masalah adalah kadang-kadang aku berfantasi ingin melakukan hubungan seks dengan orang dari kalangan lower class!! Aku sering berfantasi dan sangat terobsesi untuk berhubungan dengan orang yang memiliki gairah liar. Hal ini disebabkan karena suamiku selalu memperlakukanku dengan lembut. Itulah masalahnya!!
Aku sering membayangkan bagaimana rasanya berhubungan badan dengan orang-orang yang kasar. Mungkin ini semacam fantasi liarku yang terpendam. Ini mungkin timbul dari keadaanku yang sejak kecil selalu bergaul dengan perempuan! Soalnya dari keluargaku semuanya terdiri dari anak perempuan! Dari tiga bersaudara sekandung aku merupakan anak pertama, kedua adikku perempuan dan sejak aku berumur 16 tahun ayahku meninggal sehingga praktis kami berempat termasuk ibuku perempuan semua dalam satu rumah. Begitu pula saat bekerja, di kantorku jumlah karyawan terbanyak adalah perempuan! Karyawan laki-laki hanya beberapa orang termasuk satpam, sopir serta office boy.
Kata orang penampilanku sangat menarik! Aku tidak menyombongkan diri memang begitulah kenyataannya. Kulitku putih bersih. Ukuran tubuhku sangat ideal menurut pendapatku. Tinggi badanku 165 cm dan berat badanku 55 kg, dan ukuran dadaku 36B. Dengan keadaan fisik seperti ini tidak sulit bagiku untuk menaklukkan lelaki yang kuinginkan.
Di kantorku ada satu orang office boy yang membuatku tertarik akan kejantanannya. Orang itu namanya Parjo, berasal dari Tegal, satu kampung denganku. Ia baru berusia 21 tahun. Orangnya tinggi besar dan wajahnya lumayan ganteng. Hal yang membuatku kadang terpesona oleh kejantanannya adalah bau keringatnya yang menyengat dan asli khas bau lelaki. Aku kerap kali membayangkan bagaimana bila aku disetubuhi olehnya. Aku sering kali memimpikan bahwa memekku digenjot oleh batang kontolnya yang dari luar celananya tampak menggembung menandakan besarnya isi yang ada didalamnya. Inilah salah satu fantasi liarku, yaitu disetubuhi oleh orang yang kasar seperti dia. Aku mudah saja dekat dengannya karena kami berasal dari satu kabupaten hanya beda kecamatan.
Sebagai seorang Senior Marketing aku menempati ruang khusus sebagai kantorku. Pembaca jangan membayangkan kalau ruang khusus di kantorku ruangnya tertutup sama sekali. Tidak, ruang kantorku sebenarnya mirip-mirip aula yang luas! Cuma disekat-sekat dengan partisi. Ruang khusus yang kumaksudkan adalah dalam satu ruangan yang disekat partisi dengan luas kira-kira 2,5 x 2 m hanya diperuntukkan bagiku. Karyawan lain yang tingkatannya masih di bawahku biasanya menempati satu ruang yang disekat secara bersama-sama sekitar 3 atau 4 orang dalam satu ruangan. Dengan demikian aku mempunyai lebih banyak privacy di kantorku ini.
Aku kerap kali membuka-buka internet terutama saat-saat istirahat pada jam-jam menjelang kerja lembur. Salah satu situs yang menjadi favoritku adalah situs erita 17Tahun ini. Soalnya dengan membaca kisah-kisahnya fantasiku bisa melayang sesuai dengan alur cerita yang dibawakan si penulis! Aku tak peduli kalau itu kisah nyata atau cuma karangan si penulis.. Yang penting bagiku bisa memuaskan imajinasiku, titik! Oh ya.. Karena kesibukanku, aku kerap kali harus bekerja lembur sore hari hingga sampai jam 20.00 aku baru keluar kantor. Dalam satu minggu, mungkin aku kerja lembur selama 3 hari. Bagiku lembur lebih baik dibandingkan harus terkena macet di jalan yang tiap hari selalu menghantui Jakarta. Yach.. Dari pada waktu terbuang karena macet di jalanan, mendingan kerja lembur bisa dapat tambahan uang belanja, iya kan?
Suatu sore, seperti biasanya saat menjelang lembur aku mulai asyik membuka-buka kisah-kisah erotis di situs ini. Suasana kantor sudah mulai sepi karena karyawan sudah mulai meninggalkan tempatnya masing-masing. Hal ini sudah biasa bagiku dan tidak menjadi sesuatu yang istimewa sehingga aku cuma menyahut kecil saat satu-demi satu rekan-rekanku pamitan mau pulang duluan.
Aku mulai terangsang saat membaca kisah-kisah yang benar-benar erotis. Ingatanku jadi melayang pada fantasi liar yang selalu mengobsesiku. Entah karena kebetulan atau memang nasib sedang mujur.. Ternyata office boy yang menjadi incaranku saat itu sedang membersihkan ruang meeting yang besok pagi akan digunakan untuk rapat evaluasi bulanan. Ruang meeting itu persis berada di samping ruanganku sehingga saat si Parjo lewat, keringatnya yang baunya menusuk sempat tercium olehku. Fantasiku kian menggelora begitu mengendus aroma keringatnya itu.
Aku segera mencari akal bagaimana caranya agar si Parjo mendekatiku. Akhirnya aku punya akal untuk menyuruhnya membersihkan ruanganku yang sengaja kubuat berantakan. Ini kumaksudkan agar Parjo berada dekat denganku dan aku bisa terus mengendus keringatnya yang seksi itu.
Dengan patuh akhirnya Parjo datang juga ke ruanganku dan mulai membereskan tempatku yang memang berantakan. Aku masih tetap membuka situs ngeres ini sambil menghirup aroma keringatnya yang semakin menyengat saat ia mulai bekerja. Aku sempat meliriknya saat ia mencuri-curi pandang ke arah pahaku yang setengah terbuka. Aku memang memakai rok pendek sehingga pahaku yang putih jenjang kelihatan sangat indah dan sangat kontras dengan rok pendekku yang berwarna gelap. Parjo memalingkan wajahnya dengan malu saat kutangkap basah mencuri-curi pandang ke arah pahaku.
Aku tetap pura-pura sibuk melihat monitor sambil membaca cerita erotis yang tersaji di depanku. Parjo yang sedang berjongkok membersihkan kolong mejaku tampak berhenti bergerak. Dengan sudut mataku kulihat ia sedang memperhatikan kedua pahaku dari kolong mejaku. Kubiarkan saja hal itu terjadi. Iseng-iseng aku menggodanya agar ia pusing sendiri melihat keindahan pahaku.
Aku tidak menduga kalau ternyata Parjo seberani itu. Tiba-tiba aku merasa ada benda hangat menyentuh pahaku yang setengah terbuka. Aku tercekat mendapati ia senekat itu, padahal sempat kudengar masih ada suara orang lain yang sedang bercakap-cakap di ruang sebelah. Ternyata masih ada dua orang kolegaku yang belum keluar. Mereka sedang bersiap-siap pulang dan sedang berjalan mendekat ke ruanganku untuk pamitan. Aku tidak berani berteriak saat tangan Parjo yang nakal mulai menggerayangi pahaku dari kolong mejaku. Aku hanya berusaha mengatupkan kedua pahaku agar tangannya tidak bergerak terlalu jauh. Aku menggigit bibirku menahan geli saat tangannya yang kasar mengelus-elus paha bagian dalamku dan tangannya yang terjepit kedua pahaku berusaha bergerak-gerak ke atas.
“Mbak Linda.. Mau lembur lagi” terdengar suara Ida salah seorang staf bagian purchasing menyapaku dari luar ruangan.
“Ehh.. Ii.. Iya habis buat persiapan meeting besok” aku tergagap menjawab pertanyaannya.
Aku khawatir kalau-kalau si Ida dan Dewi yang saat itu belum pulang masuk ke ruanganku dan tahu apa yang terjadi. Yang kurang ajar lagi, ternyata tangan Parjo terus memaksa bergerak ke atas hingga aku tak mampu menahannya lagi. Kini tangannya sudah mulai meraba dan meremas vaginaku dari luar CD nylonku. Aku yang tadi sudah terangsang karena bacaan cerita ngeres semakin terangsang lagi dengan perlakuan Parjo itu.
“Kita pulang duluan ya Mbak.. Sampai ketemu besok! Salam buat Rio si kecil”.
Suara Dewi sedikit melegakanku, karena kekhawatiranku kalau mereka akan nyelonong ke ruanganku tidak terjadi. Mereka berdua langsung keluar ruangan. Kini di kantor hanya tinggal aku dan Parjo yang saat itu masih sibuk meremas vaginaku dari luar CD-ku.
Aku yang sudah sangat terangsang tidak dapat menolak lagi apa yang ia perbuat. Tanpa sadar aku membuka kedua pahaku agak lebar. Mendapat angin seperti itu, jari Parjo yang nakal segera menyusup ke dalam CD-ku dan mulai mengorek-ngorek lubang vaginaku yang sudah mulai basah. Napasku sudah mulai memburu menahan gejolak yang mulai mendesak.
Konsentrasiku membaca sudah mulai hilang karena pandangan mataku mulai kabur menerima rangsangan Parjo. Kini bukan hanya tangannya yang aktif bergerilya di selangkanganku yang sedikit terbuka. Lidah Parjo pun mulai bergerak menjilati kedua pahaku sambil bersimpuh di depan kursiku. Rok pendekku dipaksanya terbuka hingga pahaku semakin terbuka.
Lidah Parjo yang panas menggelora mulai bergerak-gerak liar menyapu seluruh permukaan kulit pahaku yang sangat sensitif. Tubuhku semakin menggigil menahan geli saat lidahnya menyusuri kulit pahaku disertai dengan gigitan-gigitan kecil. Gila, Parjo rupanya tahu kalau aku sedang membuka cerita ngeres saat ia masuk dan kusuruh membersihkan ruanganku sehingga ia berani berbuat kurang ajar padaku. Aku sebetulnya tadi cuma menggoda saja. Aku tidak menduga kalau akan sejauh ini.
“Jo.. Jang.. anhh” aku mendesis tapi tidak berani berteriak karena takut kalau ada orang yang mendengar.
Namun Parjo rupanya sudah kesetanan. Pantatku ditariknya ke bawah hingga aku terduduk di ujung kursiku. Hal ini memudahkan Parjo menyingkap rokku dan menarik CD-ku hingga ke lututku. Tanpa membuang waktu, Parjo mengangkat kedua pahaku dan mementangkannya di atas kepalanya. Wajahnya menyuruk ke selangkanganku dan lidahnya menghunjam ke dalam lubang vaginaku yang sudah sangat basah. Aku tak mampu bergerak lagi. Tangannya yang kokoh memegang erat kedua pahaku hingga tak bisa lagi bergerak. Aku takut memberontak karena aku sudah duduk di ujung kursi, jadi kalau bergerak dengan keras aku mungkin bisa jatuh.
Aku hanya pasrah dan menikmati saja apa yang seharusnya tidak boleh kulakukan. Aku memang terobsesi bercinta dengan orang kasar seperti dia, namun itu hanya sebatas fantasi liarku. Aku tidak ingin mengkhianati suamiku. Desakan birahi semakin menyergapku saat lidah Parjo menyeruak masuk ke dalam lubang vaginaku dan bergerak kasar menggesek-gesek menggelitik lubang vaginaku. Lidahnya yang kasar bergerak liar semakin dalam ke dalam lubang kemaluanku. Napasnya yang menggemuruh kurasakan menghembus bibir vaginaku.
Mataku mulai berkunang-kunang menahan gejolak nafsuku yang kian meledak-ledak. Perutku sudah mulai kejang karena bibir Parjo mulai menyedot-nyedot itilku yang sudah sangat membengkak. Aku hampir saja mencapai orgasme saat tiba-tiba telepon di mejaku berdering.
“Jo.. Stop.. Stopp” Seolah-olah tersadar akan keadaanku, aku segera berteriak keras menghentikan aktivitas Parjo.
“Ma.. Maaf Bu..” ujarnya.
Mungkin karena takut aku akan berteriak, Parjo segera berhenti dan langsung keluar ruanganku serta menghilang ke dalam meeting room. Aku segera membereskan pakaianku yang acak-acakan dan mengatur napas sebelum mengangkat telepon.
“Halloo..” sapaku di telepon.
“Mah.. Ini aku Edy! Mau pulang sama-sama enggak?” terdengar suara suamiku di seberang sana.
“I.. Iya.. Aku tunggu Pah..” akhirnya aku memutuskan untuk jadi lembur hari itu.
Aku merasa bersalah dengan suamiku. Untung saja tadi suamiku menelepon hingga aku tidak berbuat terlalu jauh dengan si Parjo. Untuk menutupi rasa bersalahku sekaligus menuntaskan apa yang tadi telah dimulai oleh Parjo, malam itu aku mengajak suamiku bermain cinta. Aku melayani suamiku secara total. Kami yang biasanya bermain cinta sekali, malam itu aku meminta suamiku menyetubuhiku hingga tiga kali. Gila! Untung saja suamiku tidak terlalu curiga dengan keganjilan ini. Hari ini aku selamat dari perbuatan selingkuh.
Waktu berjalan begitu cepat. Tak terasa sudah hampir satu bulan sejak kejadian waktu aku hampir saja mengkhianati suamiku dengan kejadian di ruangan kantorku. Aku pun sudah mulai dapat melupakan kejadian itu soalnya selama ini aku juga hampir tidak pernah melihat Parjo. Aku pun tidak berusaha ingin mengetahui keberadaannya.
Kira-kira satu minggu menjelang bulan puasa kegiatanku semakin bertambah sibuk. Aku harus banyak mempersiapkan kegiatan promosi menjelang penjualan untuk hari raya lebaran nanti. Untuk itu aku banyak melakukan lembur seperti biasanya.
Aku masih ingat saat itu hari Kamis tanggal 7 Oktober, aku seperti biasanya lembur di kantor. Saat itu yang ada di kantor hanyalah aku dan Ida yang juga sedang lembur menyelesaikan tugasnya. Kira-kira pukul 18.00, Ida mendatangi ruanganku dan mengajakku pulang bersama-sama, namun aku yang masih harus menyelesaikan beberapa laporan memintanya untuk pulang duluan, sehingga praktis di kantor hanya tinggal aku sendirian. Aku tidak takut karena sudah terbiasa, lagi pula ada security yang selalu berjaga-jaga di lobby bawah di lantai satu.
Entah karena ruangan AC yang dingin atau mungkin karena sejak sore tadi aku belum ke rest room maka aku merasa ingin sekali buang air kecil. Karena desakan itu aku pun meninggalkan ruanganku dan pergi ke rest room yang letaknya di luar ruangan kantor namun masih satu lantai dengan kantorku. Karena aku yakin sudah tidak ada orang lain, maka aku melepas CD-ku dan memasukannya ke tasku sebelum ke rest room. Hal ini kulakukan agar mudah melepas hajatku nanti. Praktis saat itu aku tanpa mengenakan CD saat pergi ke rest room. Toh rok pendekku cukup tebal, jadi kalau pun masih ada orang tidak bakalan ketahuan, pikirku.
Keadaan memang sepi di kantor. Saat aku melewati koridor di samping kantorku pun tidak tampak ada satu orang pun di sana. Aku lalu masuk ke rest room dan menutup pintu kemudian langsung menghambur masuk ke salah satu toilet yang berjajar di sana. Aku merasa lega sekali setelah hajatku yang sedari tadi merongrongku terlepas sudah. Kini aku bisa kembali bekerja dengan tenang.
Saat itu aku sedang merapikan pakaianku di depan cermin di ruangan rest room. Aku terkejut setengah mati saat aku tersadar bahwa ternyata di rest room sudah ada orang lain selain diriku. Yang lebih mengejutkan ternyata orang itu adalah Parjo yang sedari tadi memperhatikan diriku saat mematut diriku di depan cermin.
Belum sempat hilang rasa terkejutku, Parjo sudah mendatangi dan langsung memeluk tubuhku. Aku yang termasuk sudah cukup tinggi untuk ukuran wanita ternyata masih terlalu kecil bila dibandingkan dengan Parjo. Mungkin tingginya sekitar 175-an lebih karena ternyata tinggi tubuhku hanya sebatas hidungnya saja. Selain tinggi, tubuh Parjo sangat kekar dan tegap hingga aku tak mampu bergerak saat kedua tangannya yang kokoh menyergapku.
Didekapnya tubuhku erat-erat dengan kedua lengannya yang kokoh. Kemudian sambil sedikit menundukkan kepalanya, bibir Parjo yang tebal mulai menyentuh bibirku. Lidahnya mulai menerobos bibirku dan mencari-cari lidahku. Napasnya mendengus-dengus menggebu-gebu. Aku tidak mampu menghindar karena tubuhku terjepit lengannya yang begitu kokoh.
“Hmmngghh.. Ughh..”, saat lidah Parjo dapat menemukan lidahku, ia mulai mengerang dengan suara yang benar-benar maskulin. Aku yang tadinya berusaha meronta-ronta, mulai berdesir darahku mendengar erangan maskulinnya itu.
Aku merasa betapa dekapan Parjo begitu ketat menarik tubuhku hingga tubuhku dan tubuhnya berhimpitan sangat ketat. Aku dapat merasakan ada benda yang mengganjal di perutku dari balik celana Parjo. Tangan Parjo yang mendekapku mulai bergerak nakal. Satu tangannya mulai meremas buah pantatku dari luar rok ketatku sedangkan tangan satunya sangat ketat mendekap punggungku.
Aku mulai terangsang saat lidah Parjo yang bergerak liar di dalam mulutku mulai mendorong-dorong lidahku dan tangannya yang tadinya meremas-remas buah pantatku mulai menyingkap rokku ke atas. Rokku ditariknya ke atas hingga pantatku yang tidak tertutup CD segera tersentuh langsung oleh telapak tangannya yang kasar. Aku menggerinjal karena tangannya yang kasar terasa geli di pantatku yang halus.
“Hhsshh.. Oughh..” tanpa sadar aku sedikit melenguh karena tangan kasar Parjo meremas buah pantatku yang terbuka dengan gemasnya. Napasku mulai memburu dan gairahku mulai terusik. Apalagi bau keringat Parjo yang menusuk sangat maskulin dalam penciumanku.
“Ja.. Jangan.. Joo.. Ohh.. Sshh” antara sadar dan tidak aku masih sempat meronta dan mulutku masih mencoba mencegah perbuatan Parjo lebih jauh. Namun seolah tak peduli dengan desisanku atau mungkin karena penolakanku tidak begitu sungguh-sungguh, Parjo tetap saja merangsekku dengan serbuan-serbuan erotisnya.
Lidah Parjo terus saja menjilat-jilat mulutku dan turun ke daguku. Aku semakin gelisah menerima rangsangan ini, apalagi tangan Parjo yang tadinya meremas-remasa pantatku kini bergeser ke depan dan mulai mengelus-elus daerah perut di bagian bawah pusarku. Tubuhku bergoyang-goyang kegelian menahan serbuan tangan nakal Parjo yang sudah mulai merambah daerah selangkanganku.
“Joo.. Jang.. Jangannhh.. Ohh..” aku semakin mendesis antara menolak dan tidak.
Tangan Parjo yang nakal semakin liar mengaduk-aduk daerah sensitifku. Mulutnya kian gencar menyedot-nyedot leherku. Seolah tak peduli dengan rengekanku, Parjo terus saja bergerak. Kini tangannya bahkan mulai meremas-remas labia mayoraku yang sudah mulai basah berlendir.
Tubuhku tersentak saat jari tangan Parjo mulai menyusup ke dalam labia mayoraku dan mulai mengorek-korek tonjolan kelentitku. Digerakannya jarinya berputar-putar menggesek kelentitku. Kakiku seolah sudah tak bertenaga hingga tubuhku sudah tersandar sepenuhnya di pelukan Parjo. Sambil terus memutar-mutar jarinya di tonjolan kelentitku, Parjo mulai mendorong tubuhku dan diangkat untuk didudukkan di atas toilet rest room yang dingin itu. Aku yang sudah mulai pasrah hanya diam saja atas perlakuannya.
Parjo lalu melepaskan jarinya dari selangkanganku dan ia mulai berjongkok di hadapanku. Wajahnya berada dekat sekali dengan selangkanganku yang terbuka lebar.
“Aw.. Ohh..” tubuhku kembali tersentak saat tiba-tiba Parjo menyurukkan wajahnya ke selangkanganku dan mulutnya menyedot-nyedot bibir kemaluanku.
Lidahnya yang panas menerobos masuk di antara labia mayoraku dan mengais-ngais daging hangat lubang vaginaku. Tanpa sadar aku meremas rambut Parjo yang jabrik itu. Tanpa bicara, Parjo terus bekerja! Ya sedikit bicara banyak bekerja!! Ini benar-benar tepat untuk keadaan Parjo saat itu. Lidahnya kini mulai mempermainkan kelentitku yang sudah semakin mengembang. Perutku mulai kejang karena menahan kenikmatan yang hampir meledak.
“Shh.. Ouhh.. Shh.. Ter.. Rushh Jo..” bibirku tak henti-hentinya berdecap menahan kenikmatan yang mulai naik ke ubun-ubunku.
Aku yang tadinya berkata jangan, sekarang meminta Parjo untuk terus! Tanganku tanpa sadar merengkuh kepala Parjo agar semakin ketat menempel ke selangkanganku. Rupanya Parjo tahu kalau aku sudah hampir mencapai orgasme. Lidahnya semakin gila mempermainkan kelentitku. Bibirnya menyedot seluruh cairan yang semakin membuat vaginaku basah. Aku hampir saja mencapai klimaks saat tiba-tiba Parjo menarik kepalanya dari selangkanganku. Aku hampir saja terjatuh dari dudukku karena pantatku tanpa sadar bergerak maju mengejar wajah Parjo yang ditariknya.
Parjo benar-benar mempermainkan aku. Saat aku sudah menjelang orgasme, tiba-tiba ia menghentikan pekerjaannya yang belum tuntas. Napasku sudah ngos-ngosan karena didera nafsu. Parjo yang sudah berdiri di depanku mulai melepas gespernya dan memerosotkan celana sekaligus CD-nya hingga ke lututnya. Aku benar-benar terkejut melihat kontol Parjo yang luar biasa. Besar dan panjang.. Luar biasa. Aku ngeri melihatnya. Jangan-jangan vaginaku bisa jebol dibuatnya. Benar-benar sesuai dengan ukuran tubuhnya yang perkasa.
Kontol Parjo yang perkasa berdiri tegak mengacung ke arah wajahku yang terpaku melihatnya. Tanpa memberi kesempatan padaku untuk berlama-lama melihat kontolnya yang perkasa, Parjo segera menarik tubuhku dan membaliknya. Kini aku berdiri menghadap cermin. Kedua tanganku bertumpu di atas toilet yang tadi kududuki. Tangan Parjo yang kekar mendorong punggungku sedikit membungkuk hingga pantatku agak menungging. Lalu kedua kakiku digesernya agar lebih membuka.
Bulu-bulu di tubuhku mulai merinding saat ada benda hangat dan tumpul mulai bergesek-gesek di bibir kemaluanku mencoba masuk. Lubang vaginaku yang sudah licin sangat membantu penetrasi yang dilakukan Parjo dari arah belakang.
“Oghh..” kudengar Parjo menahan napas saat ujung kontolnya yang seperti topi baja mulai terjepit labia mayoraku. Aku pun tak mampu bernapas karena benda itu terasa sesak sekali mengganjal selangkanganku.
“Hkk.. Hh.. Shh.. Ouchh” aku mendesis tercekat.
Parjo agak kesulitan mendorong kontolnya masuk ke dalam lubang vaginaku yang agak kesempitan menerima serbuannya. Aku sendiri heran, aku yang sudah pernah melahirkan terasa seperti perawan saja saat ditembus batang kontolnya. Terus terang ukurannya jauh lebih besar dibandingkan dengan milik suamiku. Aku menjadi lupa diri saat itu. Yang kutahu aku harus menuntaskan gairah napsuku.
Berkali-kali Parjo terus mendorong batang kontolnya. Tanpa sadar aku ikut membantunya dengan menggeser pantatku hingga kontol Parjo terdorong masuk. Tubuhku bergetar karena seluruh lubang vaginaku seperti tergesek oleh besarnya kontol Parjo yang baru masuk kira-kira setengahnya saja.
“Ouchh.. Hhahh..” aku berkali-kali pula mendesis menahan nikmat yang kembali naik ke kepalaku.
Dengan pelan Parjo kembali menarik batang kontolnya dari jepitan lubang vaginaku. Didorongnya lagi hingga bertambah dalam batang itu menerobos masuk ke dalam lubang vaginaku yang sudah mulai bisa beradaptasi dengan besarnya kontol Parjo. Sekarang gerakan maju mundur batang kontol Parjo mulai lancar.
“Hugghh..” kami sama-sama menahan napas saat kurasakan seluruh batang kontol Parjo sudah masuk ke dalam jepitan lubang vaginaku hingga ke pangkalnya. Itu aku rasakan karena pantatku menempel ketat pada kantung biji telur kemaluan Parjo. Lubang vaginaku terasa berdenyut-denyut meremas batang kontol Parjo yang memenuhi lubang vaginaku. Panjang sekali batang kontolnya hingga mulut rahimku seolah-olah seperti tersodok benda tumpul. Tubuh kami terdiam seperti terpatok satu sama lain oleh pasak yang menyumpal lubang kemaluanku.
Tangan Parjo yang tadinya memegang kedua sisi pinggulku mulai menyusup ke dalam gaunku dan bergerak meremas kedua payudaraku. Tangannya yang kasar membuat tubuhku menggelinjang saat meremas payudaraku yang sudah terlepas dari BH-ku. Kait BH-ku memang ada di depan hingga mudah bagi Parjo melepas penjepitnya.
Mataku terpejam menahan desakan napsu yang mulai mendesak dari perutku. Dengan pelan Parjo mulai menarik batang kontolnya dari jepitan lubang vaginaku lalu mendorongnya kembali. Tubuhku mulai bergetar saat batang kontolnya menggesek-gesek seluruh dinding vaginaku.
Sambil berpegangan pada kedua payudaraku, Parjo terus mendorong dan menarik pantatnya. Gerakan batang kontol Parjo dalam lubang kemaluanku semakin lancar karena sudah banyak sekali cairan pelicin keluar dari lubang kemaluanku. Mulut Parjo yang tak henti-hentinya menjilati kudukku terasa semakin membuatku melayang ke awan tak bertepi.
Tangan Parjo yang tadinya meremas payudaraku dilepasnya dan menarik wajahku agar menengok ke belakang. Bibirku langsung dipagutnya dengan bibirnya yang tebal begitu wajahku menoleh. Lidah Parjo segera didorong masuk ke dalam mulutku dan mulai menggelitik rongga mulutku. Aku jadi ingat saat membaca majalah porno yang dibawa suamiku dulu. Ini rupanya yang disebut posisi 99. Baru kali ini aku merasakannya.
Posisi 99 dilakukan dengan kedua pasangan menghadap ke arah yang sama, laki-laki di belakang dan perempuan di depan. Penis laki-laki menusuk vagina atau anus si perempuan dari arah belakang, sementara tangan si lelaki meremas-remas payudara si perempuan dan keduanya saling berpagutan bibir. Indah sekali!!
Aku tidak pernah membayangkan kalau akhirnya aku melakukan hubungan seks dengan posisi seperti ini. Tangan Parjo kembali menyusup ke dalam gaun kerjaku dan mulai mengerjakan tugasnya meremas-remas kedua payudaraku. Bibirnya memagut bibirku dengan lidahnya mendorong-dorong lidahku. Sementara batang kontolnya terus menghunjam lubang vaginaku tanpa ampun. Berkali-kali rambut kemaluan Parjo yang kasar seperti habis dicukur menggaruk-garuk pantatku saat kontolnya melesak ke dalam lubang vaginaku hingga ke pangkalnya. Aku pun berkali-kali mengerang tanpa rasa malu-malu lagi. Aku memang selalu ribut kalau sedang bersenggama.
Tanpa harus diperintah, aku mulai menggoyangkan pantatku mengikuti irama tusukan kontol Parjo. Tubuhku mulai terhentak-hentak dan gerakan pantatku sudah tidak terkendali. Pantatku semakin cepat bergoyang dan mundur menyambut dorongan kontol Parjo hingga masuk sedalam-dalamnya ke dalam jepitan lubang vaginaku.
“Ter.. Rushh.. Joo.. Oohh” aku terus mendesis-desis tak terkendali. Tubuhku seolah melayang dan ringan. Parjo semakin cepat menarik dan mendorong kontolnya menghunjam lubang vaginaku. Aku tersentak. Perutku terasa kejang menahan desakan yang hampir meledak.
“Terushh Linn.. Terushh..” kudengar Parjo menggeram sambil menusuk-nusuk lubang vaginaku kian kencang. Lalu mulutnya kembali melumat bibirku dan tanpa dapat kutahan lagi tubuhku berkelojotan melepaskan ledakan birahi yang sudah tidak terbendung lagi. Aku menggigit bibir Parjo yang melumat bibirku. Pada saat yang sama, tubuh Parjo pun menggeliat dan tersentak-sentak seperti penari breakdance. Tubuh bagian bawah kami yang saling menempel menggeliat secara bersamaan. Pantatku yang menempel ketat dan seperti terpaku pada tulang kemaluan Parjo memutar tak terkendali.
“Arghh.. Shh..” seperti suar koor, kami berdua menggeram secara bersamaan.
Otot-otot vaginaku berdenyut-denyut mencengkeram kontol Parjo yang tertanam sepenuhnya didalamnya. Cratt.. Cratt.. Cratt.. Crat.. Crat.. Akhirnya kontol Parjo mengedut-ngedut dan hampir lima kali menyemburkan cairan hangat yang menyiram ke dalam mulut rahimku. Terasa begitu kencang semburan air mani Parjo menyemprot dalam lubang vaginaku. Kami terus bergerak hingga tuntas sudah air mani Parjo terperas denyutan lubang vaginaku.
Akhirnya kami sama-sama terdiam lemas tak berdaya. Napas kami saling memburu. Denyut jantungku berdentum setelah bekerja keras memburu kenikmatan. Aku yang kelelahan tak mampu bergerak lagi dan ambruk di atas toilet. Kubiarkan saja kontol Parjo yang masih menancap erat dalam lubang vaginaku. Tubuh Parjo pun ambruk menindihku. Pantatku tetap menempel ketat pada tulang kemaluannya. Aku merasakan betapa banyak cairan air mani yang disemprotkan Parjo ke dalam lubang vaginaku hingga sebagian meleleh ke pahaku.
Perlahan-lahan kontol Parjo mulai melembek dan akhirnya terlepas dari jepitan lubang vaginaku dengan sendirinya. Beberapa saat kemudian Parjo bangkit dan masuk ke WC. Kudengar suara gemericik air, mungkin ia sedang membersihkan kontolnya yang lengket oleh cairan kami berdua. Ia juga mengambil tissue dari WC dan kemudian membersihkan lelehan air maninya yang membasahi pahaku dengan telaten. Beberapa kali ia mondar-mandir ke WC mengambil tissue dan membersihkan semua cairan dari selangkanganku. Geli sekali rasanya saat tangannya yang kasar dengan nakal meremas-remas vaginaku saat membersihkan dengan tissue.
“Terima kasih Lin.. Sorry aku sudah tidak tahan ingin menikmati keindahan tubuhmu” ia tidak lagi memanggilku dengan ibu tapi langsung namaku begitu saja. Aku hanya terdiam. Aku sebenarnya menyesal juga telah melakukan pengkhianatan pada suamiku. Tapi semua sudah telanjur. Aku hanya mengangguk saja saat ia meminta maaf untuk yang kedua kalinya.
Aku merapikan pakaianku dan kembali ke ruanganku dengan langkah gontai akibat kelelahan setelah bersetubuh sambil berdiri tadi. Parjo pun segera membersihkan lantai dari lelehan air maninya yang tercecer di rest room itu.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 19.30 malam saat aku masuk ruanganku. Jadi hampir satu jam aku bersetubuh dengan Parjo di rest room tadi. Aku masih sangat lelah hingga tak mampu lagi berkonsentrasi dengan pekerjaanku. Aku hanya terpaku di depan mejaku menatap layar monitor yang tetap menyala.
Aku tersentak dari lamunanku saat HP-ku berdering. Kulihat di layar ternyata suamiku menelpon.
“Hallo mah.. Kemana saja kamu? Dari tadi kutelepon kok tidak diangkat?” terdengar suara suamiku di seberang sana.
“Oh.. Eh.. Anu.. Tadi aku ke toilet.. Habis perutku rasanya mulas setelah makan siang” jawabku mencari alasan yang tepat.
“Tapi.. Kamu enggak apa-apa kan?” terdengar suara Mas Edy agak khawatir
“Enggak apa-apa kok pah..” jawabku.
“Ya sudah kalau enggak apa-apa.. Mau pulang bareng enggak?” kata suamiku lagi.
“Enggak ah.. Aku masih mau lembur soalnya laporan musti selesai malam ini juga” aku yang memang berniat mau meneruskan pekerjaanku meminta suamiku tidak usah menjemputku.
Aku kembali menatap monitor yang menyala di depanku. Pikiranku belum bisa diajak berkonsentrasi. Aku sangat merasa bersalah telah mengkhianati suamiku yang begitu mencintaiku. Di sisi lain aku merasa ada rasa aneh saat mengingat kejadian tadi. Pikiranku masih melayang ke tempat lain saat ada tangan kuat memelukku dari belakang. Aku kembali tersadar dari lamunanku.
“Eh.. Su.. Sudah Jo.. Jangan lagi” aku berusaha berontak setelah aku tahu bahwa pemilik tangan kekar itu ternyata Parjo yang memelukku dari belakang.
“Enggak apa-apa Lin.. Aku sayang sama kamu..” bisik Parjo sambil memelukku. Aku tak mampu melawan Parjo yang sudah mulai bernafsu lagi. Apalagi tubuhku masih terasa lemas sekali sejak digoyang Parjo di rest room tadi.
Napas Parjo yang memburu terasa panas menghembus di leherku saat lidahnya mulai menjalar menjilati kudukku. Aku masih berusaha menghindar saat bibirnya berusaha mencium pipiku. Tetapi tangan Parjo yang kokoh segera memaksa wajahku menghadapnya dan bibirnya yang tebal segera melumat bibirku. Aku hanya mampu menutup bibirku erat-erat sebagai upaya penolakanku. Namun lidah Parjo tak putus asa berusaha menggesek bibirku dan menyusupkannya ke dalam mulutku. Akhirnya pertahananku bobol juga. Lidah Parjo berhasil menyusup ke dalam mulutku dan mulai mendorong-dorong lidahku. Tangannya yang kokoh mulai meremas-remas payudaraku dari luar gaun.
Mendapat rangsangan seperti itu, perlahan-lahan gairahku mulai bangkit lagi. Lidahku akhirnya membalas dorongan lidahnya hingga kami saling berpagutan. Sambil tetap menciumi lidahku, Parjo mengangkat tubuhku dan memondongku dibawa ke ruang meeting VIP yang khusus dipakai menjamu tamu VIP. Ruangan itu cukup luas dan dilengkapi dengan sofa yang empuk.
Tubuhku segera dihempaskan ke sofa itu dan kembali Parjo mencumbuku dengan ganasnya. Dengan sikap posesif, Parjo terus mencumbuku di ruang meeting VIP itu. Seluruh tubuhku mulai bergelora dan tergelitik. Tangan Parjo yang terampil mulai melepaskan kancing gaunku satu persatu. Sekarang aku hanya mengenakan rok ketat dan BH. Kembali Parjo menggumuliku di sofa empuk itu. Lidahnya yang tadinya menggelitik lidahku mulai bergeser turun ke leherku, sementara itu tangannya segera melepaskan pengait BH-ku dan melepaskan BH tersebut hingga tubuh bagian atasku sudah tanpa penutup lagi.
Lidah Parjo terus bergeser turun dari leher ke bahuku yang terbuka lebar. Tangan Parjo secara otomatis bergerak ke dadaku yang sudah terbuka dan bermain-main di sana. Kedua payudaraku terasa agak sakit karena Parjo meremasnya dengan kasar dan gemas.
“Ohh..” tanpa sadar aku menggumam saat kedua puting payudaraku yang didekatkan satu sama lain dilumat mulut Parjo dengan rakus secara bersamaan. Lidahnya yang kasar dan panas mempermainkan kedua puting payudaraku. Tubuhku terasa bergetar menahan gairah.
Aku tak henti-hentinya mendesis menahan geli dan nikmat saat mulut Parjo melumat payudaraku dengan gemasnya. Tangan Parjo lalu melepaskan satu-satunya penutup tubuhku. Rokku dilepasnya hingga aku betul-betul telanjang bulat. Aku baru kali ini telanjang bulat di kantorku sendiri. Aku berbaring telentang di sofa sambil tanganku berusaha menutupi selangkanganku karena jengah. Mata Parjo tak pernah lepas dari tubuhku ketika ia membuka pakaiannya satu demi satu.
Aku menahan napas melihat Parjo yang sudah telanjang bulat di depanku. Perutnya datar dan keras. Tungkai dan lengannya yang kokoh sangat lebat ditumbuhi rambut. Tubuhnya tegap berotot, urat-urat darah yang kuat terlihat jelas di lengannya. Parjo lalu duduk di dekat tubuh telanjangku.
“Tubuhmu seksi sekali Lin..” bisik Parjo di telingaku.
Tangannya segera bergerak mengelus dadaku. Ibu jarinya melakukan gerakan melingkar di atas payudaraku hingga membuatku menggelinjang kegelian. Tangannya lalu meraba perutku dan terus bergeser turun dan menyingkirkan tanganku yang menutupi selangkangan. Ditangkupkannya telapak tangannya di bukit vaginaku dan ditekankannya tangannya di sana sambil meremas pelan.
“Ohh..” aku hanya mendesis menahan gairah.
Parjo lalu menundukkan wajahnya dan merangkak di atasku dengan posisi terbalik. Mulutnya segera menyerbu payudaraku. Lidahnya menyapu-nyapu seluruh permukaan kulit payudaraku dan menyedot putingku dengan gemasnya. Tanpa sadar tanganku bergerak meremas-remas rambut kepalanya. Parjo pun semakin bersemangat begitu mendapat respons dariku.
Lidahnya terus merayap turun hingga ke perutku. Kini wajahku menghadap dadanya yang bidang. Mulutku yang menempel ketat di dadanya secara otomatis mulai merespons. Keringat Parjo yang berbau menyengat menjadi obsesiku. Aku tak menyia-nyiakan untuk merasakan keringatnya. Lidahku tanpa malu-malu lagi mulai menjilati puting dada Parjo yang hitam kecoklatan.
Lidah Parjo terus turun ke selangkanganku. Otomatis wajahku kini menghadap ke arah selangkangannya yang merangkak di atasku dengan posisi terbalik. Batang kontolnya yang berukuran super menggantung bergoyang-goyang di depan mulutku seperti terong. Karena ujungnya menyentuh-nyentuh mulutku, aku terusik untuk membuka mulutku dan mulai menjilati ujung topi bajanya.
“Ouchh.. Jo..” tubuhku tersentak saat lidah Parjo mulai menjilati vaginaku dan lidahnya menyeruak ke dalam lubang vaginaku menjilati dinding-dindingnya. Pantatku terangkat secara otomatis.
“Arghh..” Parjo pun melenguh saat mulutku menyedot-nyedot ujung kepala kontolnya yang sudah sangat keras.
Setelah puas saling menjilat dan mencumbu, Parjo membalikkan tubuhnya menghadap ke arahku. Tangan Parjo segera menguakkan kedua pahaku lebar-lebar. Ia menempatkan tubuhnya di antara kedua pahaku dan mulai menyatukan tubuhnya ke tubuhku. Kulit Parjo yang sudah licin oleh keringatnya yang berbau menyengat tampak mengkilap. Titik-titik keringat bermunculan di kening dan lehernya. Parjo menghunjamkan tubuhnya dalam-dalam berulang kali ke dalam hingga kedua tulang kemaluan kami saling melekat satu sama lain.
Mulut Parjo segera melumat bibirku yang setengah terbuka karena merasa sesak napas saat selangkanganku terganjal kontol Parjo yang melesak ke dalam lubang vaginaku hingga ke pangkalnya. Dalam sekali rasanya hingga mulut rahimku terasa agak ngilu tersodok ujung kontolnya.
Aku yang sudah sangat terangsang berusaha ikut bergerak mengimbangi tusukan-tusukan Parjo di selangkanganku dengan menggerakkan pantatku yang tercengkeram oleh kedua tangannya. Parjo terus mengayunkan pantatnya naik-turun di atas perutku dengan seluruh berat tubuhnya tertumpu di atas perutku. Dadanya yang bidang ketat menghimpit kedua payudaraku. Napasku terasa sesak sulit bernapas karena tertindih berat tubuhnya. Apalagi mulut Parjo yang masuk melumat bibirku berusaha menyedot-nyedot lidahku.
Aku bisa bernapas lega saat Parjo melepaskan kontolnya dari jepitan lubang vaginaku dan bangun. Ia duduk di tepi sofa dan mengangkat tubuhku agar duduk di pangkuannya. Tubuhku kembali direngkuhnya dan bibirku kembali dipagutnya dengan rakus. Aku yang duduk di atas pangkuan Parjo dengan mengangkangkan kaki di antara kedua pahanya tidak dapat bergerak karena kedua tangannya melingkar erat di punggungku dan menariknya ketat hingga payudaraku kembali tergencet dadanya yang bidang itu.
Kontol Parjo yang berukuran super itu tergencet di antara perutku dan perutnya sendiri. Lalu kedua tangan Parjo bergeser ke pantatku dan mengangkatnya hingga aku setengah berdiri menghadap ke arahnya. Kemudian satu tangannya mengarahkan ujung kepala kontolnya dan diarahkan ke selangkanganku. Tubuhku diturunkannya dengan pelan hingga sedikit demi sedikit ujung kontolnya mulai terbenam kembali ke dalam lubang vaginaku.
Aku menahan napas saat batang kontol Parjo mulai terjepit dinding lubang vaginaku dan melesak ke dalamnya. Seluruh bulu tubuhku merinding karena batang kontolnya yang begitu besar serasa menggesek seluruh celah dinding vaginaku.
“Ahh..” hampir secara bersamaan kami menghela napas lega saat seluruh batang kontol Parjo akhirnya masuk tertelan lubang vaginaku. Pantatku terasa geli tertusuk-tusuk rambut kemaluan Parjo yang agak tajam karena dicukur cepak. Aku merasa geli karena kantung telur Parjo yang lunak dan hangat menempel ketat di bawah pantatku.
Dengan dibantu kedua tangannya yang kokoh yang menyangga kedua buah pantatku, tubuhku bergerak naik turun di atas pangkuan Parjo. Kontolnya yang terjepit ketat dalam lubang vaginaku menggesek seluruh relung dinding vaginaku. Aku harus menggigit bibirku kuat-kuat agar dapat menahan kenikmatan yang mulai menggerogoti sumsum tulang belakangku.
Parjo menundukkan wajahnya dan segera menyurukkannya ke dadaku yang berayun-ayun seiring dengan gerakan tubuhku yang seperti menari-nari di atas pangkuannya. Kedua payudaraku dilumatnya dengan bibirnya yang tebal bergantian. Lidah Parjo yang kasar dan panas mengilik-ngilik puting payudaraku yang dijepitnya dengan bibirnya. Aku merasa seperti melayang menerima rangsangan ganda seperti ini.
“Ohh.. Joo..” tanganku segera merengkuh kepala Parjo dan menekankannya ke dadaku. Perutku mulai merasa kejang-kejang. Gerakanku mulai tak terkendali di atas pangkuan Parjo. Dinding vaginaku terasa mulai berdenyut-denyut meremas kontol Parjo yang terjepit di dalamnya. Gerakanku semakin liar dan kepalaku seperti tersentak ke atas.
“Terrushh Joo.. Oohh” aku menjerit panjang saat ada sesuatu yang pecah di dalam perutku. Aku sudah tidak mampu menahan jebolnya gairahku. Pantatku berputar liar di atas pangkuan Parjo seperti ingin menggesek dan menggerus kontolnya yang terbenam di dalamnya. Tangan Parjo membantuku memutar pantatku. Aku melayang dan terhempas ke tempat kosong.
Napasku tinggal satu-satu. Lelah sekali rasanya tubuhku. Aku terkulai lesu di atas pangkuan Parjo. Kedua tanganku memeluk erat lehernya untuk menuntaskan sisa-sisa kepuasan yang benar-benar melelahkan. Dinding-dinding vaginaku mengedut-ngedut selama beberapa saat lalu aku terdiam dan ambruk di atas pangkuan Parjo.
Parjo memberiku kesempatan untuk mengatur napasku dengan membiarkan aku terkulai di pangkuannya. Kontolnya yang masih sangat keras tetap kokoh memaku lubang vaginaku.
“Masih capai Lin..?” bisik Parjo di telingaku.
“He.. Eh..” aku tak berani melihat wajahnya karena malu, soalnya tadi aku menolak tetapi akhirnya aku berhasil ditundukkannya. Aku malu sekali padanya.
Perlahan-lahan Parjo mengangkat tubuhku dari pangkuannya. Serr.. Nikmat sekali saat batang kontolnya yang tadi menyumbat lubang kemaluanku tertarik keluar menggesek dinding vaginaku. Aku sempat melirik batang kontol Parjo yang begitu basah dan licin mengkilat karena hasil orgasmeku tadi. Aku lalu disuruhnya merangkak dengan menghadap ke sofa. Parjo berlutut di belakang tubuhku yang membelakanginya.
Tubuhku menggelinjang saat lidah Parjo mulai menjalari tulang belakangku. Lidahnya menjelajah seluruh permukaan kulit punggungku. Bulu romaku dibuat merinding oleh ulahnya.
“Ughh..” aku melenguh pelan saat mulut Parjo membuat gigitan ringan di atas pinggulku. Otot-otot perutku serasa ditarik karena rangsangan itu. Mulut Parjo tidak berhenti di situ. Mulutnya terus bergeser turun hingga kini kedua buah pantatku digigit-gigitnya dengan gemas. Seluruh tubuhku bergetar menerima perlakuannya. Apalagi saat lidah Parjo mulai menyapu-nyapu daerah sekitar lubang anusku.
“Ja.. Jangan Jo..” namun terlambat. Aku tidak mampu mencegah saat lidah Parjo mulai menusuk-nusuk dan mengilik-ngilik lubang anusku. Geli sekali rasanya. Pantatku tidak dapat bergerak karena dicengkeram kedua tangannya yang kokoh. Aku hanya bisa pasrah dan menikmati jilatan lidahnya di lubang anusku.
Setelah puas menikmati lubang anusku dengan lidahnya, Parjo mulai mengarahkan kontolnya ke lubang vaginaku. Ia menusuk vaginaku dengan kontolnya di antara kedua buah pantatku. Aku harus menahan napas lagi saat kepala kontolnya mulai menerobos lubang vaginaku. Agak perih dan ngilu rasanya.
Lubang vaginaku mulai mengeluarkan cairan pelicin lagi saat Parjo mengocoknya dengan ujung kepala kontolnya yang digesek-gesekkan di antara bibir vaginaku. Hal ini membuat tusukannya bertambah lancar.
“Ughh.. Hkkhh” Parjo menggumam saat seluruh kontolnya berhasil masuk ke dalam lubang vaginaku. Aku pun dapat bernapas lega setelah seluruh batang kontolnya melesak masuk. Ia terdiam beberapa saat menikmati denyutan dinding vaginaku yang melumat kontolnya.
Nafsuku kembali bangkit saat Parjo berkali-kali memaju-mundurkan pantatnya menarik dan mendorong kontolnya di dalam lubang vaginaku. Aku kembali tergerak menikmati tusukan-tusukannya dengan ikut menggerakkan pantatku. Pantatku maju mundur berlawanan arah mengikuti irama tusukannya. Jika ia menarik mundur aku maju dan jika ia maju aku mendorong pantatku ke belakang menyongsong tusukannya. Plok.. Plok.. Plokk.., begitulah setiap kali pantatku beradu dengan tulang kemaluannya selalu terdengar suara seperti tepukan. Kedua payudaraku berguncang-guncang setiap kali vaginaku disodok kontol Parjo.
Darahku mulai menggelegak terbakar nafsu. Tangan Parjo yang tadinya mencengkeram kedua buah pantatku sekarang berpindah dan meremas kedua payudaraku yang berguncang-guncang. Jari-jarinya memilin kedua puting payudaraku.
“Ohh.. Joo.. Ter.. Russhh.. Terushh” tanpa malu-malu lagi aku mendesis meminta Parjo terus memompakan kontolnya. Pantatku yang tadinya maju-mundur kini bergerak memutar seolah hendak memeras. Dinding vaginaku kembali berdenyut-denyut. Aku memejamkan mataku berusaha menahan ledakan yang sudah hampir sampai. Aku berusaha menahan lebih lama lagi. Kelentitku yang sudah mengembang tergesek-gesek oleh tusukan kontol Parjo yang perkasa.
“Ohh.. Joo.. Arghh..” aku mengerang panjang. Aku sudah tidak mampu bertahan lagi. Siksaan gejolak napsu itu terlalu kuat untuk kutahan. Aku harus menyerah lagi untuk yang kesekian kalinya, padahal aku yakin Parjo belum apa-apa. Tubuhku terasa ringan sekali. Otot perutku mengejang dan tubuhku meliuk melepaskan orgasmeku. Aku terus bergerak menuntaskan orgasmeku lalu ambruk di sofa. Kubiarkan saja kontol Parjo menancap di lubang vaginaku. Aku sudah terlalu lelah untuk bergerak.
Aku hanya pasrah saat Parjo menarik tubuhku dan membaringkannya di karpet ruang meeting room itu. Tubuhku ditelentangkannya dan kedua kakiku dipentangkannya lebar-lebar. Aku berusaha menutupi lubang vaginaku yang menganga dengan tanganku. Aku risih juga karena bagian tubuhku yang paling pribadi dipelototi mata Parjo.
Parjo kembali merangkak di atas perutku dan menindihku. Kontolnya yang licin karena lendir orgasmeku kembali ditusukkannya ke lubang vaginaku. Kepala kontolnya agak mudah tergelincir masuk ke dalam jepitan lubang vaginaku karena memang sudah sangat licin. Ia terus mendorong pantatnya hingga seluruh kontolnya amblas ke dalam vaginaku.
Dengan bertumpu pada kedua lutut dan sikunya, Parjo mulai mengayunkan pantatnya naik turun di atas tubuhku. Batang kontolnya dengan sendirinya bergerak keluar masuk menusuk-nusuk lubang vaginaku. Aku masih belum mampu bergerak. Kubiarkan saja Parjo sibuk sendiri di atas tubuh telanjangku.
Bibir Parjo yang terus menerus menciumi bibir lalu leher dan turun lagi ke payudaraku membuat nafsuku kembali bangkit. Lidahnya yang terus bermain-main di kedua puting payudaraku dan tusukan-tusukan kontolnya kembali memaksaku menggerakkan tubuhku.
“Hmmghh.. Ughh.. Ughh..” mulut Parjo terus saja mendengus seperti kerbau gila. Ayunan pantatnya semakin kencang menghantam vaginaku. Ia terus bergerak memacuku. Berkali-kali mulut rahimku tersodok-sodok ujung kontolnya. Ngilu bercampur nikmat berbaur menjadi satu. Keringatnya telah semakin membuat tubuhnya licin. Aroma keringatnya yang maskulin benar-benar membuatku mabuk karenanya.
Aku semakin tidak mampu bergerak karena berat badan Parjo seolah bertumpu pada perutku. Kedua tangannya berpindah mengganjal kedua buah pantatku dan mencengkeramnya kuat-kuat. Bibirnya kini melumat bibirku dan lidahnya menggesek-gesek langit-langit mulutku. Pantatnya kian cepat memompa menghantam vaginaku. Aku merasa darahku mulai menggelegak. Perutku kembali mengejang pertanda akan mencapai klimaksku lagi.
Aku berusaha memutar pantatku yang dicengkeram kedua tangan Parjo dengan sisa tenagaku. Gerakan pantatku memutar menyongsong tusukan kontolnya yang menderu-deru. Vaginaku mulai mengedut-ngedut dan mataku seolah mulai terbalik menahan nikmat. Aku terus bergerak menyongsong nikmat. Gerakanku dan gerakan Parjo semakin liar tak terkendali. Kami sama-sama mendengus dan mengerang.
Tangan Parjo yang meremas kedua buah pantatku terasa lebih kuat. Pantatnya terus menghunjam selangkanganku. Tubuhku menggeliat dan tersentak. Pantatku terangkat saat aku merasa ada suatu ledakan di dalam perutku.
“Arrgghh.. Ter.. Rushh.. Terushh.. Oughh” mulut Parjo terus memintaku mempercepat putaran pantatku. Aku terus berusaha bergerak.
“Ohh” aku merintih panjang bersamaan dengan geraman Parjo.
Mulut Parjo melumat bibirku kencang sekali saat ujung kontolnya menyemburkan mani ke dalam mulut rahimku. Crrt.. Crtt.. Crrt.. Crrtt.. Crutt.. Hangat sekali rasanya saat mulut rahimku tersembur air maninya. Tubuh Parjo ambruk di atas perutku. Kami sama-sama terkulai lemah setelah bertempur habis-habisan.
Aku tidak jadi lembur hari itu. Aku berulangkali disetubuhi Parjo dengan berbagai posisi di ruang meeting VIP itu hingga loyo. Ruang meeting VIP yang biasa digunakan menemui tamu-tamu VIP sekarang kami gunakan untuk saling memiting dan menuntaskan gejolak nafsu liar kami.
Aku keluar kantor dan pulang ke rumah hampir jam 23.30 malam itu. Perselingkuhanku dengan Parjo kembali terulang karena ia mengancamku akan menceritakan affairku dengannya kepada teman-temannya bila aku tidak mau melayani keinginannya. Hampir dua minggu sekali Parjo minta jatah dariku baik itu di kantor saat sepi, di rest room atau di penginapan yang terdekat.
Sejak saat itu aku menjadi kekasih gelap Parjo, office boy di kantorku. Ia dan aku telah berjanji untuk merahasiakan hubungan kami dan akan bersikap wajar di depan orang lain. Ia juga berjanji tidak akan menggangguku bila aku sedang di rumah atau sedang bersama suamiku.
readmore »»  

Siap Nich..


Ayo dong say,temenin aku...


readmore »»